Siapakah diantara kaum muslimin yang tidak kenal istilah takwa? Sering kali dalam khutbah seorang khatib selalu mewasiatkan untuk takwa kepada Allah. Sebenarnya, apa itu takwa?? Pengertian Takwa Secara Bahasa dan Istilah Definisi takwa secara bahasa menurut kamus mu’jam al wasith adalah al khasyah dan al khauf yang artinya takut dan khawatir. Sedangkan secara istilah takwa yang akan kita bahas kali ini ialah takwa kepada Allah subhanahu wata’ala, yang artinya adalah takut kepada kepada Allah dengan senantiasa menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Baca Juga 6 Hikmah Zakat dalam Kehidupan Ciri-ciri Orang Bertakwa Al-Quran telah banyak sekali menyebutkan dan membicarakan tentang siapa dan bagaimana ciri-ciri orang yang bertakwa. Berikut ini akan kami jelaskan ciri mereka yang terkandung dalam surat Al-Baqoroh ayat 1 – 5 1. Pedomannya Adalah Al-Quran Al-Quran adalah firman Allah ta’ala yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallaahu alaihi wasallam yang apabila kita membacanya maka bernilai pahala. Ia merupakan pedoman utama bagi seluruh kaum muslimin. Di dalam kitab ini terdapat firman-firman Allah yang tidak ada sedikitpun keraguan di dalamnya. Semua ayat dalam Al-Quran adalah mutlak kebenarannya dan tidak ada kesalahan satupun. Maka termasuk ciri seorang muslim yang bertakwa ialah apabila ia menjadikan Al-Quran sebagai petunjuk baginya. الم* ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ Alif laam miim. Kitab Al Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, QS. Al-Baqarah 1-2 Al-Muttaqin yang di maksud dalam ayat tersebut adalah mereka yang khawatir akan hukuman dari Allah jika meninggalkan perintah dari-Nya dan senantiasa berharap pada rahmat Allah karena mengakui kebenaran segala apapun yang datang dari-Nya. Seperti apa yang ditafsirkan oleh Ibnu Abbas radhiallaahu anhu berikut ini yang termaktub dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir sebagai berikut عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ {لِلْمُتَّقِينَ} أَيْ الَّذِينَ يَحْذَرُونَ مِنَ اللَّهِ عُقُوبَتَهُ فِي تَرْكِ مَا يَعْرِفُونَ مِنَ الْهُدَى، وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ فِي التَّصْدِيقِ بِمَا جَاءَ بِهِ Ibnu Abbas menafsirkan kata [bagi mereka yang bertakwa], adalah Ialah orang-orang yang takut akan hukuman dari Allah karena meninggalkan petunjuk yang mereka ketahui, dan mengharapkan rahmat-Nya karena mengakui kebenaran apapun yang datang dari-Nya. Tafsir Ibnu Katsir 2. Beriman dengan Hal Ghaib Ciri-ciri kedua orang bertaqwa adalah beriman kepada yang ghaib. Disebutkan dalam firman Allah ta’ala الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ mereka yang beriman kepada yang ghaib QS. Al-Baqarah 3 Iman secara bahasa adalah membenarkan Tashdiq dan mengakui Iqrar, sedangkan ghaib berarti tidak terlihat. Adapun yang dimaksud beriman kepada yang ghaib pada ayat tersebut adalah beriman kepada segala hal yang ghaib seperti beriman kepada Allah, malaikat, hari kiamat, dan lain sebagainya. Disebutkan dalam tafsir عَنْ الرَبِيْعِ بْنِ أَنَسٍ، الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بَالْغَيْبِ آمَنُوْا بِاللهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، وَجَنَّتِهِ وَنَارِهِ وَلِقَائِهِ، وَآمَنُوا بِالْحَيَاةِ بَعْدَ الْمَوْتِ. فَهَذَا كُلُّهُ غَيْبٌ Dari Ar-rabi’ ibnu Anas, bahwa maksud dari [mereka yang beriman kepada yang ghaib] adalah Mereka beriman kepada Allah, malaikat-Nya, para utusan-Nya, hari kiamat, surga-Nya, neraka-Nya, bertemu dengan-Nya, dan beriman dengan kehidupan setelah kematian, yang mana itu semua merupakan perkara yang ghaib. Tafsir Ath-Thabari Beriman kepada Allah adalah mempercayai bahwa Allah itu Dzat yang Maha Wujud, Maha Esa baik itu dari segi uluhiyyah, rububiyyah, maupun asma’ wa sifat-Nya. Konsekuensi dari beriman kepada Allah adalah beriman kepada segala hal yang berasal dari-Nya, baik itu hal yang tampak maupun tidak tampak atau ghaib. Maka yang dikatakan orang yang beriman adalah orang yang beriman terhadap apa saja yang dikabarkan oleh Allah ta'ala dalam Al Quran melalui lisan Rasul-Nya seperti adanya malaikat, para utusan terdahulu, hari kiamat, surga, neraka, kehidupan setelah mati dan lain sebagainya. Apabila ia hanya beriman pada Allah namun tidak beriman kepada apa yang datang dari-Nya maka ia tidak dikatakan beriman kepada Allah. Karena ia telah menafikan konsekuensi dari iman kepada Allah itu sendiri. 3. Mendirikan Shalat Adapun ciri-ciri orang bertaqwa yang ketiga adalah bahwa ia senantiasa mendirikan sholat. Allah ta’ala berfirman وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ yang mendirikan shalat Al-Baqarah 3 Apabila kita memperhatikan firman Allah tentang perintah sholat maka kita akan mendapati kata "sholat" selalu didahului dan disandingkan dengan lafadz aqiimuu atau yuqiimu, atau yuqiimuuna, dan sejenisnya yang artinya adalah “mendirikan” atau "menegakkan". Jarang sekali bahkan mungkin tidak kita jumpai lafadz yang mengandung arti perintah sholat dalam Al-Quran langsung berbentuk fi’il amr, seperti sholluu atau sholli, kecuali dalam shurat Al-Kautsar dimana makna perintah sholat yang dimaksud bukanlah sholat lima waktu yang diwajibkan, akan tetapi bermakna sholat idul adha. Maka dari itu firman Allah yang berkaitan dengan sholat menunjukkan bahwa sholat itu bukan hanya sekedar dikerjakan. Akan tetapi sholat itu harus didirikan atau ditegakkan Iqoomussholah. عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ{وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ} قَالَ إِقَامَةُ الصَّلَاةِ تَمَامُ الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ وَالتِّلَاوَةِ وَالْخُشُوعِ وَالْإِقْبَالِ عَلَيْهَا فِيهَا Dari Ibnu Abbas, maksud dari [yang mendirikan shalat] adalah Menegakkan shalat adalah menyempurnakan rukuk, sujud, bacaan, khusyuk, dan menghadirkannya di dalam shalat. Tafsir Ath-Thabari Telah jelas perkataan Ibnu Abbas tersebut bahwa mendirikan shalat itu berbeda dengan sekedar mengerjakannya. Mendirikan sholat itu mencangkup setiap kesempurnaan seseorang ketika melaksanakannya. Maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa termasuk ciri orang-orang yang bertakwa ialah seorang yang berusaha untuk sempurna tatkala melaksanakan shalatnya. Baik itu ketika berdiri, rukuk, sujud maupun kekhusyukannya. Ketika rukuk, mereka benar-benar berusaha menjadikan rukuknya sesempurna mungkin sebagaimana apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam. Ketika sujud, maka dengan segenap kemampuannya ia berusaha agar seluruh anggota badan mereka bersujud kepada Allah subhanahu wata’ala dengan sempurna. Bacaan ayat Al-Quran, doa-doa, dan pujian-pujian yang mereka ucapkan dalam shalat juga diucapkan dengan benar disertai penghayatan yang mendalam terhadap apa yang mereka ucapkan. Pikiran dan hati mereka senantiasa fokus, khusyuk dan tidak teralihkan terhadap hal-hal lain diluar sholat. Ketika syaitan membisikkan waswas ke dalam hatinya maka mereka berusaha melawan dan menolaknya agar kembali pada kekhusyukannya. 4. Menginfakkan Sebagian Rezeki Ciri orang yang taqwa selanjutnya adalah menginfaqkan sebagian rezeki yang mereka miliki. Allah ta’ala berfirman وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Al-Baqarah 3 Sesungguhnya hakikat rezeki adalah pemberian dari Allah. Termasuk diantara ciri orang-orang yang bertakwa yaitu mereka akan senantiasa menginfakkan rezeki yang mereka miliki karena mereka mengetahui bahwa hakikatnya harta itu bukan miliknya. Mereka meninfaqkan sebagian rezekinya semata-mata hanya karena ingin mengharap kedekatan diri kepada Allah subhanahu wata’ala. عَنِ الضَّحَّاكِ {§وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ} قَالَ كَانَتِ النَّفَقَاتُ قُرُبَاتٍ يَتَقَرَّبُونَ بِهَا إِلَى اللَّهِ عَلَى قَدْرِ مَيْسُورِهِمْ وَجَهْدِهِمْ، حَتَّى نَزَلَتْ فَرَائِضُ الصَّدَقَاتِ سَبْعُ آيَاتٍ فِي سُورَةِ بَرَاءَةٍ، مِمَّا يُذْكَرُ فِيهِنَّ الصَّدَقَاتُ، هُنَّ الْمُثْبَتَاتُ النَّاسِخَاتُ Dari Ad-dhohak, yang dimaksud [dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami berikan kepada mereka] adalah Yaitu nafkah-nafkah qurubaat yang mana dengan nafkah tersebut mereka mendekatkan diri kepada Allah sesuai kadar kemudahan dan kesungguhan mereka dalam menafkahkannya, sehingga turunlah sedekah wajib yakni zakat yaitu tujuh ayat dalam surat Bara’ah At-taubat, dari berbagai sedekah yang Allah sebutkan dalam ayat-ayat tersebut. Yang mana tujuh ayat tersebut merupakan ketetapan dan nasikh ataupengganti hukum dari ayat ini. Tafsir Ath-Thabari Dahulu di zaman Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam tatkala ayat ini diturunkan, belum disebutkan ketentuan jumlah harta yang harus infaqkan dan kepada siapa harta tersebut diserahkan. Sehingga ayat ini difahami para sahabat bahwa yang dimaksud ayat ini adalah menginfaqkan harta kepada keluarganya. Mereka para sahabat yang memiliki ketakwaan yang tinggi tentu akan berlomba-lomba untuk memperbanyak infak dari rezeki yang mereka peroleh bahkan sampai hampir menghabiskannya. Lalu setelah surat At-Taubah ayat 60 turun maka mulailah ada kewajiban zakat dengan ketentuan jumlah harta yang ditetapkan dan kepada siapa harta tersebut diserahkan. Namun, menurut Ibnu Jarir ayat ini bermakna umum yaitu bisa nafkah dan juga zakat. Maka dalam ayat ini dapat kita ambil pengertian bahwa orang-orang yang bertakwa memiliki ciri khas yaitu selalu menginfaqkan atau menafkahkan hartanya kepada yang berhak mendapatkan nafkahnya; seperti keluarga, anak-anak, orang tua, istri dan lain sebagainya. Ia juga senantiasa mendatangkan kewajiban-kewajiban yang berkenaan dengan hartanya baik itu zakat maupun nafkah. 5. Beriman kepada Kitab-kitab Allah Ciri berikutnya dari orang yang bertakwa adalah ia beriman kepada kitab-kitabnya Allah. Allah ta’ala berfirman وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ dan mereka yang beriman kepada Kitab Al Quran yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu Al-Baqarah 4 Manusia adalah makhluk lemah yang tidak mengetahui kebenaran tanpa ada yang menunjukkannya. Maka dari itu agar mereka mengetahui kebenaran, Allah mengutus diantara para hamba-Nya untuk menjadi seorang Rasul. Mereka diutus oleh Allah dengan membawa kitab yang berisi kebenaran dari Allah. Diantara kitab yang telah diturunkan oleh Allah ialah Zabur yang diturunkan kepada Nabi Dawud alaihis salam, Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa alaihis salam, Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa alaihis salam, dan Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallaahu alaihi wasallam. Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman kepada semua kitab tersebut dan mengakui kebenar pada kitab-kitab tersebut bahwa datangnya adalah benar dari Allah subhanahu wata’ala. Orang yang bertakwa tidak membeda-bedakan semua kitab tersebut dan tidak pula membanding-bandingkannya, karena turunnya adalah benar-benar dari Allah subhanahu wata’ala. Lalu mengapa saat ini ada yang memperdebatkan antara kitab Al-Quran dengan kitab yang lainnya? Jawabannya adalah karena kitab selain Al-Quran yang beredar saat ini bukan berasal dari Allah. Mereka ahli kitab banyak yang merubah-rubah isi kitab Allah. Maka dari itu kita tidak dapat mengatakan bahwa mereka sedang membanding-bandingkan kitab Al-Quran dengan kitab Allah yang lain. Karena yang sedang mereka bandingkan adalah kitab Al-Quran dengan kitab palsu yang mereka klaim berasal dari Allah. Hal ini menunjukkan bahwa, ternyata tidak semua kitab-kitab tersebut terjaga keontentikannya sampai saat ini. Banyak diantara orang-orang fasik yang sengaja merubah, dan menghilangkan sebagian dari isi kitab tersebut. Maka kitab-kitab yang dijumpai saat ini tidak bisa kita katakan 100% berasal dari Allah karena ada campur tangan manusia di dalamnya. Adapun kitab yang sampai saat ini masih terjaga keasliannya dan tidak ada satu hurufpun yang dirubah oleh manusia dan murni keasliannya dari Allah subhanahu wata’ala adalah kitab Al-Quran Al-Karim. عن ابن عباس،"والذين يؤمنون بما أنزِل إليك وما أنزل من قبلك" أَيْ يُصَدِّقُونَكَ بِمَا جِئْتَ بِهِ مِنَ اللَّهِ جَلَّ وَعَزَّ، وَمَا جَاءَ بِهِ مِنْ قَبْلِكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ، لَا يُفَرِّقُونَ بَيْنَهُمْ وَلَا يَجْحَدُونَ مَا جَاءُوهُمْ بِهِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِمْ Dari Ibnu Abbas, maksud [dan orang-orang yang beriman dengan apayang diturunkan kepadamu Muhammad dan apa yang diturunkan sebelummu] adalah Mereka membenarkanmu Muhammad dengan kitab yang engkau bawa dari Allah azza wa jalla, dan kitab yang dibawa oleh para utusan sebelummu. Mereka tidak membeda-bedakan diantara mereka, dan mereka tidak membantah kitab dari sisi Tuhan mereka yang datang kepada mereka. Tafsir Ath-Thabari 6. Meyakini Keberadaan Akhirat Ciri yang keenam dari orang yang bertakwa adalah meyakini akan keberadaan adanya akhirat. Allah ta’ala berfirman وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ serta mereka yakin akan adanya kehidupan akhirat. Al-Baqarah 4 Akhirat adalah hari dimana seluruh manusia dikumpulkan untuk diberikan keadilannya. Semua hak anak Adam yang tidak diselesaikan di dunia akan diselesaikan di akhirat. Setiap orang yang dzalim akan rugi karena pahalanya akan diberikan kepada orang yang didzalimi. Setelah semua tuntutan sesama anak Adam selesai maka amalan mereka akan ditimbang oleh Allah. Barang siapa yang amalan baiknya lebih berat dari pada amalan buruknya maka surgalah tempatnya. Dan barang siapa yang amalan jeleknya lebih berat dari pada amalan baiknya maka nerakalah tempatnya. Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman terhadap kabar akan adanya akhirat. Mereka meyakini dengan sepenuh hati bahwa akhirat itu benar-benar ada sebagaimana mereka meyakini bahwa diri mereka itu ada. عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ {وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ} أَيْ بِالْبَعْثِ وَالْقِيَامَةِ وَالْجَنَّةِ وَالنَّارِ وَالْحِسَابِ وَالْمِيزَانِ، أَيْ لَا هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا كَانَ قَبْلَكَ وَيَكْفُرُونَ بِمَا جَاءَكَ مِنْ رَبِّكَ Dari Ibnu Abbas, [serta mereka yakin akan adanya kehidupan akhirat] maksudnya adalah mereka yakin dengan kebangkitan, kiamat, surga, neraka, perhitungan amal, timbangan amal. Maksudnya mereka bukanlah orang-orang yang menyangka bahwa mereka beriman pada apa yang ada sebelummu Muhammad akan tetapi tidak mau beriman dengan apa yang datang kepada engkau dari tuhanmu. Tafsir Ath-Thabari Ringkasan Orang yang bertakwa adalah orang yang takut kepada Allah dan selalu mengharapkan rahmat-Nya. Al-Quran adalah petunjuk. Namun akan benar-benar menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Orang yang bertakwa meyakini bahwa hal yang ghaib itu ada walaupun mereka tidak pernah melihatnya. Orang yang bertakwa senantiasa berusaha menyempurnakan dan menegakkan shalatnya. Rizki yang pada hakikatnya adalah pemberian dari Allah akan selalu dinafkahkan sebagiannya karena mencari ridha dari Allah. Orang yang bertakwa adalah orang yang mengimani seluruh apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallaahu alaihi wasallam dan apa yang diturunkan kepada rasul-rasul alaihis salam sebelum Nabi Muhammad shallallaahu alaihi wasallam. Orang yang bertakwa sangatlah yakin dengan keberadaan hari akhir.
Golonganini adalah golongan muttaqin, yaitu: golongan orang-orang yang bertaqwa kepada Allah Swt. Allah Swt berfirman di dalam QS. Ath-Thalaq ayat 2-3. وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا. "Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan mengadakan baginya jalan keluar ". Khutbah Pertamaالحَمْدُ لِلَّهِ نَاصِرِ اْلمُؤْمِنِيْنَ، خَاذِلِ الْكَافِرِيْنَ، مُعِزِّ اْلمُوَحِّدِيْنَ، وَفَاضِحِ اْلعُمَلَاءِ وَاْلمُنَافِقِيْنَ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ بْنِ عَبْدِ اللهِ إِمَامِ اْلمُجَاهِدِيْنَ، وَقَائِدِ اْلغِرِّ اْلمُحَجِّلِيْنَ، اْلمَبْعُوْثِ رَحْمَةً أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهَ وَحْدَهً، نَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لَا شَيْءَ قَبْلَهُ وَلَا شَيْءَ بَعْدَهُ، مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ اْلكَافِرُوْنَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ إِمَامَنَا وَقَائِدَنَا وَسَيِّدَنَا مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ، أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَغَ الرِّسَالَةَ، وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَكَشَفَ اْلغَمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ حَتَّى أَتَاهُ اْليَقِيْنُيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّه وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًايَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ * وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُواْأما بعدApa itu Takwa?Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah,Pengertian takwa secara bahasaKata takwa sudah terlalu sering kita dengar di berbagai kesempatan. Tapi apakah sesungguhnya definisi dari takwa itu secara syar’i dari sudut pandang agama Islam?Sebab, sebagian kalangan terlalu menyederhanakan makna takwa sehingga kadang kata ini disematkan kepada orang non muslim dengan mengatakan, dia seorang kristen yang bertakwa. Padahal ini adalah istilah Syar’i dalam Islam dan sebuah atau kedudukan yang tinggi di sisi mungkin orang non Muslim bisa meraih gelar takwa. Tapi kita bisa mengatakan dia seorang non muslim yang relijius, atau taat dalam Muhammad Shalih Al-Munajjid menerangkan asal kata taqwa secara bahasa berarti qillatul kalaam, atau sedikit kata taqwa yang kita maksudkan di sini diambil dari al-itqaa’ yang berarti menjadikan anda sebagai penghalang antara anda dengan apa yang anda tidak sukai. Kata taqwa merupakan bentuk kata benda isim dari kata kerja ittaqa dan mashdarnya adalah al-itqaa’.Pengertian takwa secara syar’iAdapun pengertian taqwa secara syar’i, para ulama memberikan definisi dengan berbagai ungkapan yang Taimiyah rahimahullah mengatakan bahwa takwa adalah melakukan apa saja yang Allah perintahkan dan meninggalkan apa saja yang Allah larang. [Majmu’ Fatawa 3/120]Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa takwa hakikatnya adalah beramal dengan ketaatan kepada Allah sebagai bentuk iman dan mengharapkan pahala baik dengan melaksanakan perintah atau meninggalkan melaksanakan apa yang Allah perintahkan karena beriman dengan perintah tersebut dan membenarkan janji-Nya, serta meninggalkan apa yang Allah larang karena beriman dengan larangan tersebut dan takut dengan ini sebagaimana dikatakan oleh Thalaq bin Hubaib,”Apabila terjadi fitnah, maka padamkanlah fitnah tersebut dengan takwa. Orang-orang bertanya,”Apakah takwa itu?” Dia menjawab,”Anda beramal dengan mentati Allah, berdasarkan cahaya dari Allah, dengan mengharapkan pahala Anda meninggalkan maksiat kepada Allah, berdasarkan cahaya dari Allah karena anda takut terhadap hukuman dari Allah.” Ini adalah pendapat terbaik tentang batasan dari takwa.” [Zaadul Muhajir, hal. 10].Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan bahwa takwa adalah ungkapan yang mencakup makna melakukan berbagai ketaatan dan meninggalkan berbagai kemungkaran.” [Tafsir Ibnu Katsir 1/284]Suatu kali Umar bin Khathab bertanya kepada Ubay bin Ka’ab radhiyallahu anhuma tentang takwa, maka Ubay menjawab,”Apakah anda pernah melalui jalan yang berduri?” Umar menjawab,”Ya.” Ubay bertanya,”Apa yang anda lakukan di jalan tersebut?” Umar menjawan,”Aku terus berjalan dengan sikap waspada atau hati-hati.” Ubay berkata,”Itulah Takwa.” [Tafsir Al-Qurthubi 1/203]Dalil Takwa Kepada AllahMa’asyirol Muslimin rahimakumullah,Di dalam al-quran banyak sekali ayat yang memerintahkan agar kita bertakwa kepada ALlah Subhanahu wa Ta’ala. Namun tidak memungkinkan untuk dikemukakan seluruhnya dalam kesempatan ini. Untuk diketahui, Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid mengatakan bahwa kata takwa dalam Al-Quran digunakan dengan makna-makna berikut ini1. Takwa bermakna rasa takut dan hormatHal ini sebagaimana dalam firman Allah Ta’alaوَإِيَّايَ فَاتَّقُونِdan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa. [Al-Baqarah 41]. maksudnya adalah takutlah dan hormatlah pula dalam firman Allahوَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِDan peliharalah dirimu dari azab yang terjadi pada hari yang pada waktu itu [Al-Baqarah 281], yaitu takutlah terhadap hari tersebut dan apa saja yang terjadi pada hari Takwa bermakna Taat dan ibadahIni sebagaimana firman Allah Ta’alaيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِHai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; [Ali Imran 102]yaitu taatilah Allah dengan seenar-benar taat dan beribadahlah kepada-Nya dengan sebenar-benar ibadah. Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu menafsirkan ayat tersebut dengan mengatakan,”Agar mentaati Allah dan jangan dimaksiati, agar Allah diingat dan jangan dilupakan, serta agar Allah disyukuri dan tidak dingkari nikmat-Nya.” [Tafsir Ath-Thabari 3/375]3. Takwa dengan makna membersihkan diri dari dosa-dosaInilah makna takwa secara istilah. Allah Ta’ala berfirman,وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَDan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan. [An-Nur 52]Baca juga Khutbah Jum’at Khauf Takut Kepada AllahJamaah Jumat rahimakumullah,Orang-orang yang bertakwa itu memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat yang mudah dikenali di kalangan manusia dan jelas disebutkan dalam Al-Quran mereka dalah sebagai berikutBeriman kepada yang ghaib dengan keimanan yang Ta’ala berfirman,ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ2. Kitab Al Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,3. yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. [Al-Baqarah 2-3]Mereka suka memaafkan dan berlapang Ta’ala berfirman,وَأَنْ تَعْفُوا أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰdan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa. [Al-Baqarah 237]Tidak melakukan dosa besar dan tidak terus menerus tenggelam dalam dosa-dosa kecil. Bila terjerumus ke dalam dosa mereka segera bertaubat dari dosa Ta’ala berfirman,إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَSesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. [Al-A’raf 201]Jujur dalam perkataan dan perbuatanAllah Ta’ala berfirman,وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَDan orang yang membawa kebenaran Muhammad dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa. [Az-Zumar 33]Mengagungkan syiar-syiar Alla dan Ta’ala berfirman,ذَٰلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِDemikianlah perintah Allah. Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. [Al-Hajj 32]Yang dimaksud dengan mengagungkan syiar -syiar Allah adalah seorang Muslim itu menghormati larangan-larangan Allah dengan tidak melanggarnya dan menghormati perintah-perintah Allah dengan melaksanakannya dengan adil dan menghukum dengan Ta’ala berfirman,اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَBerlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. [Al-Maidah 8]Mengikuti jalan para Nabi, orang-orang yang jujur serta para pembaharu kepada kebaikan mushlihun yang bersama Ta’ala berfirman,يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَHai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. [At-Taubah 119]Buah Ketakwaan Kepada AllahJamaah Jumat rahimakumullah,Sesungguhnya takwa kepada Allah Ta’ala itu bermanfaat di dunia dan akhirat. Meninggikan derajat di dunia dan akhirat, mengantarkan kepada kebaikan di dunia dan akhirat serta menghindarkan dari keburukan dunia dan ini buah-buah dari sikap takwa dan faedah-faedah yang didapatkan oleh orang yang bertakwa sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid1. Takwa merupakan sebab mendapatkan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’alaHal ini sebagaimana dalam hadits dari Salman Al-Farisi radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,”Sesungguhnya, pada hari Allah menciptakan langit dan bumi Allah menciptakan seratus rahmat memenuhi antara langit dan sana Allah membagi satu rahmat di antara para makhluk. Dengan rahmat tersebut seorang ibu menyayangi anaknya, dengan rahmat tersebut binatang buas dan burung-burung meminum air, dengan rahmat tersebut mahluk saling mengasihi satu sama kiamat telah tiba Allah membatasi rahmat tersebut hanya untuk orang-orang bertakwa dan menambahkan kepada mereka 99 rahmat yang tersisa.”[diriwayatkan oleh Al-Hakim 7628 dan dia berkata,”hadits shahih berdasarkan syarat Muslim dan juga diriwayatkan oleh Muslim dari Salman tanpa ada lafazh Qashsharoha alal muttaqiin” “Allah membatasinya pada orang-orang bertakwa.”]Suatu hari ada seorang pengemis meminta kepada Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma. lantas dia berkata kepada anaknya,”Berilah satu dinar.” yang setara sekira 1 juta rupiahLantas anaknya memberinya. Setelah pengemis tersebut pergi, anaknya yang bernama Uqail berkata,”Semoga Allah menerima sedekahmu wahai ayah.”Abdullah bin Umar berkata,”Andaikan aku mengetahui bahwa Allah telah menerima satu sujud saja dariku atau satu dirham sedekahku, tidak ada perkara ghaib yang lebih aku sukai melebihi kematian. Tahukah kamu, Allah menerima amal dari siapa? Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang yang bertakwa.” [Tarikh Dimasyqi 31/146]2. Takwa sebab selamat dari siksa duniaAllah Ta’ala berfirman,وَنَجَّيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَDan Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan mereka adalah orang-orang yang bertakwa. [Fushilat 18] maksudnya adalah dari siksa dunia3. Takwa mengantarkan kepada ridha Allah dan menghapus keburukan, menyelamatkan dari neraka dan mendapatkan Subhanahu wa Ta’ala berfirman,وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَكَفَّرْنَا عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأَدْخَلْنَاهُمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِDan sekiranya ahli kitab itu beriman dan bertakwa, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahan mereka dan mereka tentu Kami Masukkan ke dalam surga-surga yang penuh kenikmatan. [Al-Maidah 65]4. Takwa adalah sebab kemuliaan di sisi Allah Ta’alaAllah Ta’ala berfirman,إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌSesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. [Al-Hujurat 13]5. Kecintaan Allah, para malaikat dan manusia kepada orang bertakwaAllah berfirman,بَلَىٰ مَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِ وَاتَّقَىٰ فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَBukan demikian, sebenarnya siapa yang menepati janji yang dibuatnya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. [Ali Imran 76]Apabila Allah Ta’ala mencintai seseorang, maka Allah memanggil Jibril agar mencintainya kemudian para penduduk langit akan mencintainya dan setelah itu para penduduk bumi akan Allah akan memberikan pertolongan dan dukungan-Nya kepada orang Ta’ala berfirman,وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَBertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.[Al-Baqarah 194]Kebersamaan ma’iyyah di ayat ini adalah kebersamaan dengan pertolongan, dukungan dan penyelesaian. Allah Ta’ala memberikannya kepadanya para nabi yang Mendapatkan kabar gembira di sini bisa berupa pujian dari manusia, atau kabar gembira dari malaikat saat akan meninggal dunia. Allah Ta’ala berfirman,أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ .الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَلَهُمُ الْبُشْرَىٰ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۚ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُIngatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan dalam kehidupan} di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat janji-janji Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. [Yunus 62-64]8. Takwa adalah sebab mendapatkan hidayah al-QuranAllah Ta’ala berfirman,’ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَKitab Al Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,[Al-Baqarah 2]9. Diberi ilmu yang bermanfaatAllah Ta’ala berfirman,وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُDan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; [Al-Baqarah 282]10. Mendapatkan rezeki bashirahOrang yang bertakwa itu memiliki bashirah, dan furqan yang dengannya bisa membedakan antara haq dan bathil. Dia memiliki cahaya dari Rabbnya yang menerangi Ta’ala berfirman,يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًاHai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. [Al-Anfal 29]11. Takwa merupakan jalan keluar dari segala kesempitan dan sumber rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka oleh orang yang bertakwa Ta’ala berfirman,وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُBarangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.[Ath-Thalaq 2-3]12. Dimudahkan segala urusannyaAllah Ta’ala berfirman,وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًاDan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. [Ath-Thalaq 4]13. Orang yang bertakwa diberi rezeki berupa barokah dari langit dan dimaksud dengan barokah adalah bertambah banyaknya sesuatu yang Ta’ala berfirman,وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَJikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. [Al-A’raf 96]14. Mendapatkan pemeliharaan dan penjagaanAllah Ta’ala berfirman,وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًاJika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. [Ali Imran 120]Dengan takwa Allah menghindarkan orang yang bertakwa dari kejahatan para penjahat dan tipu daya orang-orang yang Terpeliharanya keluarga, harta dan berbagai maslahat setelah Ta’ala berfirman,وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًاDan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. [An-Nisa’ 9]Allah Ta’ala memberikan bimbingan kepada para orang tua yang khawatir meninggalkan keturunan yang lemah dengan bertakwa dalam seluruh keadaan mereka agar anak-anak mereka Allah Ta’ala memberinya ganti yang lebih baik dari apa yang telah dia Abu Qatadah dan Abu Duhama’, mereka berkata,”Kami mendatangi seorang pria Arab pedalaman,lantas pria Badui tersebut berkata,”Rasulullah ﷺ memegang tanganku lalu mengajariku ilmu yang Allah Tabaroka wa Ta’ala ajarkan bersabda,”Sesungguhnya tidaklah kamu meninggalkan sesuatu karena bertakwa kepada Allah Azza wa jalla kecuali Allah akan memberikan kepadamu yang lebih baik darinya.” [Hadits riwayat Ahmad 20215]17. Takwa merupakan sebab dari ketenangan As-Suyuthi berkata,”Takwa menambah rezeki dan menenangkan hati.” [Syarh Sunan Ibnu Majah 311]بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُKhutbah Keduaالحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَ اْلشُكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَ امْتِنَانِهِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلَى رِضْوَانِهِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ اْلكَرِيْمِ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُContoh Takwa Dalam Kehidupan Sehari-HariJamaah Jumat rahimakumullah,Pada kesempatan khutbah yang kedua ini kami akan berikan contoh takwa dalam kehidupan seorang ayah yang memiliki banyak anak, maka salah satu kewajibannya adalah bersikap adil kepada semua anaknya. Tidak boleh ada ﷺ pernah mengingatkan seorang sahabat saat dia berkata kepada beliau bahwa dia hendak memberi anaknya sesuatu. Lantas nabi ﷺ mengingatkannya agar anaknya yang lain juga harus diberi. Ini aplikasi takwa dalam masalah pemberian kepada tua yang bertakwa salah satu cirinya pasti mampu berbuat adil kepada anak-anaknya. Kalau biasa tidak adil kepada anak-anaknya bisa dipastikan takwanya sangatlah lemah atau bahkan tidak ada sama seorang Muslim memiliki istri lebih dari satu, salah satu kewajibannya adalah bersikap adil dalam pemberian jatah gilirannya. Tidak boleh ada kezhaliman dalam hal adil kepada anak dan istri ini hanya akan muncul dari sikap ayah dan suami yang bertakwa. Tanpa takwa hampir bisa dipastikan akan terjadi kezhaliman kepada anak-anak dan pula dengan seorang pemimpin dengan skala yang lebih luas, apakah pemimpin sekolah, sebuah departemen, atau bahkan pemimpin wilayah kecil hingga pemimpin itu benar-benar memiliki kesempurnaan sifat orang bertakwa maka salah satu cirinya bisa dipastikan dia akan sanggup bersikap adil sesuai tuntunan bila takwanya sangat lemah, sangat jauh dari ciri-ciri orang bertakwa dan bahkan tidak bertakwa sama sekali, maka hampir bisa dipastikan yang terjadi adalah berbagai macam ketidak adilan, kezhaliman, perampasan hak dan berbagai macam kerusakan lainnya. Ini sekedar contoh kecil dari salah satu ciri orang yang bertakwa yaitu berbuat lainnya adalah bila seseorang itu bertakwa maka dia tidak akan pernah mau memakan makanan yang haram atau mendapatkan penghasilan dengan cara yang yang benar-benar bertakwa sanggup untuk meninggalkan tawaran atau godaan yang sangat menggiurkan dalam hal duniawi bila itu memang tidak kehidupan orang shaleh yang bertakwa di masa kejayaan Islam begitu banyak jumlahnya sampai pada level seolah itu hanya sebuah utopia yang tidak mungkin ada dalam kehidupan di masa sekarang. Namun semua itu nyata dan benar ini tentu saja masih ada orang-orang seperti itu, namun tentu saja jumlahnya sangatlah sedikit. Terkadang orang yang memegang idealisme untuk tidak mengambil harta secara haram justru disingkirkan dari suatu komunitas, atau diasingkan dalam dicopot dari jabatannya bia dia seorang pejabat yang jujur dan bertakwa karena dianggap menjadi duri dalam daging dalam sebuah lingkungan yang sudah sangat yang menimpa Khalifah Umar bin Abdul Azis rahimahullah yang terkenal adil dan jujur dan sangat hari-hati dalam hal menggunakan harta milik negara. Akhirnya beliau dibunuh oleh para pejabat di lingkungan istana yang tidak suka kepada PenutupKita berlindung kepada Allah dari kejahatan para pendengki dan para pengikut hawa nafsu. Demikian khutbah tentang takwa yang bisa kami sampaikan. Semoga kita akhiri dengan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًافَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلَى سَيِّدِ اْلأَوَّلِيْنَ وَاْلآخِرِيْنَ وَإِمَامِ اْلمُرْسَلِيْنَ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا اهْدِنَا الصِّرَاطَ اْلمُسْتَقِيْمَ، وَأَكْرَمَنَا بِذِكْرِكَ فِيْ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، وَمُنَّ عَلَيْنَا بِالتَّوْبَةِ وَاْلإِنَابَةِ وَالْخَشْيَةِ، اللَّهُمَّ تَجَاوَزْ عَنْ تَقْصِيْرِنَا وَسَيِّئَاتِنَا، وَاغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَسَائِرِ أَهْلِيْنَا، وَبَارَكَ لَنَا فِيْ أَعْمَارِنَا وَأَعْمَالِنَا وَأَقْوَاتَنَا وَأَوْقَاتَنَااللَّهُمَّ اكْشِفْ عَنِ اْلمُسْلِمِيْنَ مَا نَزَلَ بِهِمْ مِنْ ضُرٍّ وَبَلَاءٍ، وَفَقْرٍ وَتَشَرُّدٍ، وَقَتْلٍ وَاقْتِتَالٍ، وَوَسِّعْ عَلَيْهِمْ فِيْ اْلأَمْنِ وَالرِّزْقِ، وَجَنِّبْنَا وَإيَّاهُمُ اْلفِتَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، إِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاءِرَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِعباد الله إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ * وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلَا تَنْقُضُوا الْأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا اللهَ اْلعَظِيْمَ اْلجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَBaca Juga Tentang Khutbah Jum’at– Kumpulan Khutbah Jum’at Lengkap– Khutbah Jumat Tentang Ikhlas– Khutbah Jumat Tentang Syukur– Khutbah Jumat Tentang Berharap kepada AllahCiriCiri Orang Bertaqwa dan Konsekwensi Yang Harus Dilakukan, Khutbah Bahasa Indonesia Ditulis Oleh Untajiaffan; dalam Materi Tentang Pelajaran dan Inspirasi Hidup. Demikian khutbah Jum'ah ini kami sampaikan semoga kita dapat selalu meningkatkan taqwa kita kepada Allah setelah mengetahui ciri-ciri dan konsep peningkatannya, amin.